Artificial Intelligence Center Indonesia

Berpikir Kritis untuk Pemecahan Masalah

6 Skills: Koding dan KA untuk Generasi Emas πŸ“Œ

Di era digital yang terus berkembang pesat, mempersiapkan peserta didik dengan keterampilan yang relevan menjadi sebuah keharusan, bukan lagi pilihan. Naskah Akademik Pembelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial (KKA) pada Pendidikan Dasar dan Menengah yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia pada Februari 2025, menegaskan urgensi integrasi Koding dan AI dalam kurikulum pendidikan. Dokumen ini menjadi landasan kuat bagi kita untuk memahami bagaimana Koding dan AI tidak hanya sekadar mata pelajaran tambahan, melainkan fondasi untuk membangun ‘Generasi Emas’ yang adaptif, inovatif, dan berdaya saing global.Β 

 

Pelatihan Guru Koding dan Kecerdasan Artifisial
Pelatihan Guru Koding dan Kecerdasan Artifisial

Mengapa Koding dan AI Penting untuk Generasi Emas?

Perkembangan Industri 4.0 dan 5.0 telah mengubah lanskap dunia kerja dan kehidupan secara fundamental. Teknologi seperti Kecerdasan Artifisial (AI), Big Data, dan Internet of Things (IoT) mendominasi berbagai sektor, menuntut sumber daya manusia dengan pemahaman dan keterampilan digital yang kuat. Naskah Akademik KKA secara eksplisit menyatakan bahwa tanpa literasi digital dan kemampuan di bidang teknologi digital yang memadai, generasi muda akan menghadapi kesulitan dalam bersaing di dunia kerja yang makin berbasis teknologi.
Pembelajaran Koding dan AI bukan hanya tentang menguasai bahasa pemrograman atau memahami algoritma kompleks. Lebih dari itu, integrasi Koding dan AI dalam pendidikan bertujuan untuk menumbuhkan keterampilan esensial yang melampaui aspek teknis. Dokumen tersebut menekankan bahwa Koding dan AI dirancang untuk memberikan dampak positif kepada peserta didik, seperti kemampuan berpikir logis dan analitis. Kedua bidang tersebut diharapkan tidak hanya menumbuhkan keterampilan dalam menyelesaikan persoalan dan kesiapan dalam pemanfaatan teknologi, tetapi juga mengembangkan pemahaman mendalam mengenai tanggung jawab etis.
Pentingnya Koding dan Kecerdasan Artificial
Pentingnya Koding dan Kecerdasan Artificial
Melalui Koding dan AI, peserta didik diajak untuk tidak hanya menjadi konsumen teknologi, tetapi juga produsen inovasi. Mereka akan dibekali dengan kemampuan untuk menciptakan solusi bagi tantangan di sekitar mereka, sekaligus mengembangkan kesadaran etis dalam penggunaan teknologi. Ini sejalan dengan visi pendidikan yang berkualitas, yang tidak hanya berfokus pada penguasaan teknologi, tetapi juga pada kesadaran etis dalam penggunaannya. Dengan demikian, Koding dan AI menjadi pilar utama dalam membentuk Profil Pelajar Pancasila Digital yang berkarakter, cakap, dan bertanggung jawab.

6 Keterampilan Esensial yang Dibentuk oleh Koding dan AI

Pembelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial (KKA) bukan sekadar mengajarkan keterampilan teknis, melainkan sebuah pendekatan holistik untuk membentuk individu yang siap menghadapi masa depan. Naskah Akademik KKA menggarisbawahi beberapa keterampilan esensial yang secara inheren dikembangkan melalui proses pembelajaran ini. Keterampilan-keterampilan ini sangat relevan dengan pembentukan Profil Pelajar Pancasila Digital yang kita cita-citakan.

1. Berpikir Komputasional

Berpikir Komputasional
Berpikir Komputasional

Berpikir komputasional adalah fondasi utama dalam pembelajaran Koding dan AI. Ini adalah kemampuan untuk menyelesaikan masalah secara sistematis dan efisien, layaknya seorang ilmuwan komputer. Naskah Akademik KKA menjelaskan bahwa berpikir komputasional mengajarkan peserta didik untuk melakukan proses dekomposisi (memecah masalah besar menjadi bagian kecil), pengenalan pola, abstraksi, serta algoritma. Keterampilan ini sangat penting dalam menghadapi kompleksitas masalah di dunia nyata, baik dalam konteks teknologi maupun kehidupan sehari-hari. Dengan berpikir komputasional, peserta didik dilatih untuk menganalisis masalah, merancang solusi, dan mengimplementasikannya secara terstruktur.

2. Literasi Digital

Literasi Digital
Literasi Digital

Literasi digital bukan hanya tentang kemampuan menggunakan perangkat digital, tetapi juga memahami cara kerja teknologi, mengevaluasi informasi secara kritis, dan berinteraksi secara bertanggung jawab di dunia maya. Pembelajaran Koding dan AI secara langsung meningkatkan literasi digital peserta didik dengan memperkenalkan mereka pada konsep dasar teknologi, cara data diproses, dan bagaimana algoritma memengaruhi kehidupan kita. Naskah Akademik KKA menyebutkan bahwa integrasi Koding dan KA dalam pendidikan tidak hanya untuk meningkatkan literasi digital dan kemampuan penyelesaian masalah, tetapi juga mengajarkan berbagai keterampilan esensial. Ini memastikan bahwa peserta didik tidak hanya menjadi pengguna pasif, tetapi juga warga digital yang cerdas dan proaktif.

3. Kreativitas dan Inovasi

Kreativitas Inovasi
Kreativitas Inovasi

Koding dan AI adalah alat yang sangat ampuh untuk mendorong kreativitas dan inovasi. Melalui Koding, peserta didik dapat mengubah ide-ide abstrak menjadi aplikasi, game, atau solusi digital yang nyata. AI, di sisi lain, membuka pintu bagi inovasi yang lebih canggih, memungkinkan peserta didik untuk merancang sistem yang dapat belajar dan beradaptasi. Naskah Akademik KKA secara implisit mendukung pengembangan kreativitas dengan menyatakan bahwa pembelajaran koding dan KA membangun keterampilan berpikir kreatif. Ketika peserta didik bereksperimen dengan kode dan algoritma, mereka didorong untuk berpikir di luar kotak, mencoba pendekatan baru, dan menciptakan sesuatu yang orisinal. Ini adalah keterampilan krusial untuk menghadapi tantangan masa depan yang membutuhkan solusi-solusi inovatif.

4. Kolaborasi dan Komunikasi

Kolaborasi Komunikasi
Kolaborasi Komunikasi

Proyek-proyek Koding dan AI seringkali melibatkan kerja tim. Peserta didik belajar untuk berkolaborasi, berbagi ide, dan berkomunikasi secara efektif untuk mencapai tujuan bersama. Mereka belajar bagaimana memecah tugas, mengintegrasikan bagian-bagian yang berbeda, dan menyelesaikan konflik yang mungkin timbul. Naskah Akademik KKA secara eksplisit menyatakan bahwa pembelajaran koding dan KA membangun keterampilan kolaboratif. Kemampuan untuk bekerja sama dalam tim, mendengarkan perspektif orang lain, dan mengkomunikasikan gagasan secara jelas adalah keterampilan sosial yang tak ternilai di era digital ini, di mana banyak inovasi lahir dari kolaborasi lintas disiplin.

5. Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah

Berpikir Kritis untuk Pemecahan Masalah
Berpikir Kritis untuk Pemecahan Masalah

Setiap baris kode yang ditulis dan setiap algoritma yang dirancang membutuhkan pemikiran kritis dan kemampuan pemecahan masalah yang kuat. Peserta didik dihadapkan pada tantangan untuk mengidentifikasi masalah, menganalisis akar penyebabnya, dan merancang solusi yang efektif. Proses debugging, misalnya, adalah latihan intensif dalam berpikir kritis dan pemecahan masalah. Naskah Akademik KKA menekankan bahwa pembelajaran koding dan KA membangun keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah. Ini melatih peserta didik untuk tidak mudah menyerah di hadapan kesulitan, melainkan mencari solusi secara logis dan sistematis, sebuah keterampilan yang relevan di setiap aspek kehidupan.

6. Etika Digital dan Tanggung Jawab Sosial

Etika Digital Tanggung Jawab Sosial
Etika Digital Tanggung Jawab Sosial

Seiring dengan kemajuan teknologi, muncul pula isu-isu etika dan tanggung jawab sosial. Pembelajaran Koding dan AI yang komprehensif harus mencakup diskusi tentang privasi data, bias algoritma, keamanan siber, dan dampak sosial dari teknologi. Naskah Akademik KKA secara tegas menyatakan bahwa pembelajaran koding dan KA perlu dilengkapi dengan pendidikan etika digital sehingga peserta didik tidak hanya memiliki keterampilan teknis, tetapi juga pemahaman kritis dalam mengembangkan dan menerapkan teknologi secara bertanggung jawab [1]. Ini memastikan bahwa generasi muda tidak hanya cakap secara teknis, tetapi juga memiliki kompas moral yang kuat untuk menggunakan teknologi demi kebaikan bersama, sejalan dengan nilai-nilai Pancasila.

“Namun, pendidikan yang berkualitas tidak hanya berfokus pada penguasaan teknologi, tetapi juga pada kesadaran etis dalam penggunaannya. KA dan sistem otomatisasi membawa tantangan tersendiri, seperti keamanan data, bias algoritma, dan dampak sosial yang lebih luas. Oleh karena itu, pembelajaran koding dan KA perlu dilengkapi dengan pendidikan etika digital sehingga peserta didik tidak hanya memiliki keterampilan teknis, tetapi juga pemahaman kritis dalam mengembangkan dan menerapkan teknologi secara bertanggung jawab.”Β 

Koding dan AI dalam Membentuk Profil Pelajar Pancasila Digital

Profil Pelajar Pancasila Digital
Profil Pelajar Pancasila Digital

Integrasi Koding dan Kecerdasan Artifisial (KKA) dalam kurikulum pendidikan memiliki peran krusial dalam membentuk Profil Pelajar Pancasila Digital. Profil ini mencerminkan karakter dan kompetensi yang dibutuhkan oleh generasi muda Indonesia untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab, adaptif, dan berdaya saing di era digital. Naskah Akademik KKA secara konsisten menekankan bagaimana pembelajaran Koding dan AI berkontribusi pada pembentukan profil ini.

Salah satu aspek utama adalah pengembangan kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah. Sebagaimana disebutkan dalam naskah akademik, pembelajaran koding dan KA tidak hanya meningkatkan literasi digital, tetapi juga membangun keterampilan berpikir kritis, kreatif, kolaboratif, dan pemecahan masalahβ€”keterampilan esensial dalam dunia yang terus berubah. Kemampuan ini adalah inti dari dimensi bernalar kritis dalam Profil Pelajar Pancasila, di mana peserta didik mampu memproses informasi, menganalisis, mengevaluasi, dan merefleksikan pemikirannya sendiri.
Selain itu, Koding dan AI juga mendorong kreativitas dan kolaborasi. Dalam konteks pembelajaran KKA, peserta didik didorong untuk menciptakan solusi inovatif dan bekerja sama dalam tim. Ini selaras dengan dimensi kreatif dan gotong royong dalam Profil Pelajar Pancasila. Ketika peserta didik berkolaborasi dalam proyek Koding atau AI, mereka belajar untuk menghargai perbedaan, membangun konsensus, dan mencapai tujuan bersama, yang merupakan esensi dari semangat gotong royong.
Aspek penting lainnya adalah kesadaran akan etika digital dan tanggung jawab sosial. Naskah Akademik KKA secara tegas menyatakan bahwa pembelajaran koding dan KA perlu dilengkapi dengan pendidikan etika digital sehingga peserta didik tidak hanya memiliki keterampilan teknis, tetapi juga pemahaman kritis dalam mengembangkan dan menerapkan teknologi secara bertanggung jawab. Ini sangat relevan dengan dimensi beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, serta berkebinekaan global dalam Profil Pelajar Pancasila. Peserta didik diajarkan untuk menggunakan teknologi secara bijak, menghargai hak cipta, menjaga privasi, dan menghindari penyebaran informasi yang salah atau berbahaya. Mereka juga didorong untuk memahami dampak teknologi terhadap masyarakat dan lingkungan, serta berperan aktif dalam menciptakan ekosistem digital yang positif dan inklusif.
Secara keseluruhan, pembelajaran Koding dan AI membekali peserta didik dengan fondasi yang kuat untuk menjadi individu yang mandiri, bernalar kritis, kreatif, bergotong royong, dan berakhlak mulia, yang merupakan pilar-pilar utama dari Profil Pelajar Pancasila Digital. Dengan demikian, mereka tidak hanya siap menghadapi tantangan era digital, tetapi juga mampu berkontribusi secara positif bagi kemajuan bangsa.

Studi Kasus: Implementasi Pembelajaran Koding dan AI di Berbagai Negara

Naskah Akademik Pembelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial (KKA) juga menyajikan tinjauan mengenai praktik pembelajaran Koding dan AI di berbagai negara. Studi kasus ini memberikan gambaran bagaimana negara-negara lain mengintegrasikan Koding dan AI dalam sistem pendidikan mereka, serta pelajaran yang dapat diambil untuk konteks Indonesia. Pemahaman terhadap praktik global ini penting bagi kepala sekolah untuk mengidentifikasi model-model yang berhasil dan mengadaptasinya sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sekolah masing-masing.
Beberapa negara yang menjadi sorotan dalam naskah akademik ini antara lain:
  • Estonia: Dikenal sebagai salah satu negara terdepan dalam digitalisasi pendidikan, Estonia telah mengintegrasikan Koding dan AI sejak dini dalam kurikulumnya. Mereka fokus pada pengembangan berpikir komputasional dan literasi digital sejak jenjang pendidikan dasar. Pendekatan ini memungkinkan peserta didik untuk tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga pencipta.
  • Inggris: Inggris telah menjadikan komputasi sebagai mata pelajaran wajib sejak usia 5 tahun. Kurikulum mereka mencakup konsep-konsep dasar pemrograman, algoritma, dan pemahaman tentang bagaimana komputer bekerja. Penekanan diberikan pada pemecahan masalah dan pengembangan logika.
  • Amerika Serikat: Berbagai inisiatif di Amerika Serikat, seperti ‘Computer Science for All’, bertujuan untuk memperluas akses pendidikan ilmu komputer. Mereka menawarkan beragam pendekatan, mulai dari integrasi dalam mata pelajaran lain hingga mata pelajaran khusus, dengan fokus pada pengembangan keterampilan abad ke-21 seperti kreativitas, kolaborasi, dan berpikir kritis.
  • Singapura: Singapura memiliki visi yang kuat untuk menjadi ‘Smart Nation’, dan pendidikan Koding serta AI menjadi bagian integral dari visi tersebut. Mereka mengembangkan kurikulum yang menekankan pada aplikasi praktis dan pemecahan masalah dunia nyata, mempersiapkan peserta didik untuk peran di industri teknologi.
  • Korea Selatan: Negara ini juga menunjukkan komitmen kuat terhadap pendidikan Koding dan AI, dengan investasi besar dalam infrastruktur dan pelatihan guru. Kurikulum mereka dirancang untuk mengembangkan kemampuan berpikir logis dan analitis, serta mendorong inovasi di kalangan peserta didik.
Praktik-praktik ini menunjukkan bahwa meskipun ada perbedaan dalam pendekatan dan skala implementasi, tujuan utamanya adalah sama: membekali generasi muda dengan keterampilan digital yang kuat dan kemampuan berpikir yang adaptif. Dari studi kasus ini, kita dapat melihat bahwa keberhasilan implementasi Koding dan AI sangat bergantung pada dukungan kebijakan, ketersediaan sumber daya, dan kesiapan guru. Ini menjadi catatan penting bagi kepala sekolah dalam merencanakan dan melaksanakan program Koding dan AI di sekolah mereka.

Daftar Pelatihan KKA di AiCI

Siapkah Anda membawa sekolah Anda menuju masa depan yang lebih cerah dengan membekali peserta didik Anda dengan keterampilan Koding dan AI yang esensial? AiCI, sebagai lembaga terdepan dalam pelatihan Koding dan Kecerdasan Artifisial, siap menjadi mitra Anda. Kami menawarkan program pelatihan yang komprehensif dan relevan, dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan sekolah dan guru dalam mengimplementasikan kurikulum KKA.
Jangan lewatkan kesempatan ini untuk membentuk Profil Pelajar Pancasila Digital yang unggul di sekolah Anda. Kunjungi website kami atau hubungi kami sekarang untuk informasi lebih lanjut mengenai pelatihan Koding dan Kecerdasan Artifisial di AiCI. Bersama AiCI, mari kita cetak Generasi Emas yang siap menghadapi tantangan global dengan kreativitas, kolaborasi, dan critical thinking yang mumpuni.

FAQ: Pertanyaan Umum Seputar Pembelajaran Koding dan AI

Sebagai kepala sekolah, mungkin Anda memiliki beberapa pertanyaan umum terkait implementasi pembelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial (KKA) di sekolah. Berikut adalah beberapa pertanyaan yang sering muncul, beserta jawabannya yang disarikan dari Naskah Akademik Pembelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial:
Q: Apakah pembelajaran Koding dan AI hanya relevan untuk siswa yang tertarik pada bidang teknologi?
A: Tidak. Pembelajaran Koding dan AI dirancang untuk mengembangkan keterampilan berpikir logis, analitis, kreativitas, kolaborasi, dan critical thinking yang esensial bagi semua peserta didik, terlepas dari minat atau jalur karier masa depan mereka. Keterampilan ini penting untuk menghadapi tantangan di berbagai bidang kehidupan dan pekerjaan di era digital.
Q: Bagaimana Koding dan AI dapat diintegrasikan ke dalam kurikulum yang sudah ada?
A: Naskah Akademik KKA menawarkan beberapa opsi integrasi, yaitu sebagai mata pelajaran wajib, mata pelajaran pilihan, atau terintegrasi dengan mata pelajaran lain (intrakurikuler, kokurikuler, atau ekstrakurikuler). Pemilihan opsi dapat disesuaikan dengan ketersediaan guru, sarana prasarana, dan beban belajar peserta didik di sekolah Anda.
Q: Apakah guru harus memiliki latar belakang IT yang kuat untuk mengajar Koding dan AI?
A: Guru perlu menguasai kompetensi profesional, pedagogik, kepribadian, dan sosial untuk mengajar Koding dan AI secara efektif. Meskipun latar belakang IT akan membantu, pelatihan dan pengembangan profesional yang memadai dapat membekali guru dengan keterampilan yang diperlukan. Naskah akademik juga menekankan pentingnya peran guru, pendidik, dan praktisi teknologi dalam menciptakan ekosistem pembelajaran yang kolaboratif.
Q: Apa saja metode pembelajaran yang efektif untuk Koding dan AI?
A: Pembelajaran Koding dan AI dapat menggunakan berbagai metode, seperti pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning), pembelajaran berbasis projek (project-based learning), pembelajaran inkuiri, gamifikasi, dan pembelajaran berbasis internet atau perangkat digital. Pendekatan ini mendorong peserta didik untuk aktif, eksploratif, dan berorientasi pada solusi.
Q: Bagaimana memastikan pemerataan akses pembelajaran Koding dan AI di seluruh sekolah?
A: Naskah akademik menekankan pentingnya ekosistem pembelajaran yang inklusif dan berkeadilan, memastikan bahwa pendidikan yang bermutu dapat diakses oleh semua peserta didik, tanpa terbatas pada daerah atau latar belakang tertentu. Ini memerlukan sinergi antara pemerintah, sekolah, industri, dan masyarakat dalam menyediakan sarana prasarana, pelatihan guru, dan dukungan lainnya.
Q: Apa peran etika digital dalam pembelajaran Koding dan AI?
A: Etika digital adalah komponen krusial. Pembelajaran Koding dan AI perlu dilengkapi dengan pendidikan etika digital sehingga peserta didik tidak hanya memiliki keterampilan teknis, tetapi juga pemahaman kritis dalam mengembangkan dan menerapkan teknologi secara bertanggung jawab. Ini mencakup isu-isu seperti keamanan data, bias algoritma, dan dampak sosial teknologi.

Tabel: Opsi Penerapan Pembelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial

Naskah Akademik Pembelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial (KKA) menguraikan beberapa opsi penerapan Koding dan AI dalam kurikulum pendidikan. Pemilihan opsi ini bergantung pada berbagai pertimbangan, termasuk ketersediaan sumber daya, kesiapan guru, dan tujuan pembelajaran. Tabel berikut merangkum opsi-opsi tersebut beserta pertimbangan utamanya, yang dapat menjadi panduan bagi kepala sekolah dalam merencanakan implementasi di sekolah Anda:
Opsi PenerapanDeskripsi SingkatPertimbangan Utama
Mata Pelajaran WajibKoding dan AI menjadi mata pelajaran mandiri yang wajib diikuti oleh semua peserta didik.Memastikan semua peserta didik mendapatkan fondasi yang kuat. Membutuhkan ketersediaan guru yang memadai dan kurikulum yang terstruktur.
Mata Pelajaran PilihanKoding dan AI ditawarkan sebagai mata pelajaran pilihan bagi peserta didik yang berminat.Memberikan fleksibilitas bagi peserta didik. Membutuhkan sumber daya yang lebih sedikit dibandingkan mata pelajaran wajib, namun jangkauannya terbatas.
Terintegrasi dengan Mata Pelajaran Lain (Intrakurikuler)Konsep dan keterampilan Koding dan AI diajarkan melalui integrasi dengan mata pelajaran yang sudah ada (misalnya, Matematika, IPA, Seni).Memperkaya mata pelajaran yang sudah ada. Membutuhkan pelatihan guru yang mendalam untuk mengintegrasikan materi secara efektif.
KokurikulerPembelajaran Koding dan AI dilakukan di luar jam pelajaran formal, namun masih terkait dengan kurikulum (misalnya, proyek lintas mata pelajaran, klub ilmiah).Mendorong pembelajaran berbasis proyek dan kolaborasi. Membutuhkan koordinasi yang baik antar guru dan jadwal yang fleksibel.
EkstrakurikulerKoding dan AI diajarkan sebagai kegiatan di luar jam sekolah, seperti klub Koding atau AI.Menarik minat peserta didik yang memiliki passion khusus. Fleksibel dalam materi dan metode, namun jangkauannya terbatas pada peserta didik yang aktif berpartisipasi.
Setiap opsi memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Kepala sekolah diharapkan dapat memilih opsi yang paling sesuai dengan kondisi dan potensi sekolah, dengan tetap mengedepankan tujuan untuk membentuk Profil Pelajar Pancasila Digital yang unggul.

Kesimpulan

Pembelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial (KKA) bukan lagi sekadar tren, melainkan sebuah keniscayaan dalam mempersiapkan generasi muda menghadapi tantangan dan peluang di era digital. Naskah Akademik Pembelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial pada Pendidikan Dasar dan Menengah menjadi panduan yang komprehensif bagi kita semua, khususnya para kepala sekolah, untuk memahami urgensi dan strategi implementasi Koding dan AI dalam kurikulum. Melalui integrasi yang tepat, Koding dan AI tidak hanya membekali peserta didik dengan keterampilan teknis, tetapi juga menumbuhkan soft skills esensial seperti kreativitas, kolaborasi, dan critical thinking.
Keterampilan-keterampilan ini, yang meliputi berpikir komputasional, literasi digital, inovasi, kolaborasi, pemecahan masalah, dan etika digital, adalah pilar utama dalam membentuk Profil Pelajar Pancasila Digital. Dengan demikian, peserta didik tidak hanya menjadi pengguna teknologi yang cakap, tetapi juga inovator yang bertanggung jawab, mampu menciptakan solusi, dan berkontribusi positif bagi masyarakat. Investasi dalam pendidikan Koding dan AI adalah investasi untuk masa depan bangsa, memastikan bahwa Generasi Emas Indonesia siap bersaing di kancah global dan menjadi agen perubahan yang positif.

Referensi

[1] Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia. (2025, Februari). Naskah Akademik Pembelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial Pada Pendidikan Dasar dan Menengah.Β 
Translate Β»
Scroll to Top